Andai
Kakiku Tersentuh Debu Jihad
Tatkala hendak wafat, Yunus bin Ubaid
rahimahullah, tabi’in yang agung, memandangi kedua kakinya, lalu menangis
tersedu-sedu. Ketika ditanya, “Wahai Abu Abdillah, apa yang menyebabkan engkau
menangis?” beliau menjawab: “Kedua telapak kakiku ini belum pernah tersentuh
debu jihad di jalan Allah. Kalau saja kedua kakiku pernah tersentuh debu jihad
di jalan Allah, tentulah aku merasa aman dari azab.”
Sedemikian tingginya tingkat wara’ dan
cita-cita para salaf. Mereka berangan-angan untuk mampu meraih puncak kebaikan
supaya tidak terlewat satu pun pintu kebaikan. Inilah Yunus bin Ubaid, pemilik
motto, “Bersegera dalam ketaatan di setiap saat dan menunaikan kewajiban di
setiap kesempatan.”
Demikian hebatnya keimanan dan ketaatan
beliau, sampai-sampai orang berkata, “Tiada datang hak-hak Allah melainkan
Yunus bin Ubaid telah menunaikannya.
..beliau paham betul jaminan Rasulullah
yang begitu tinggi bagi orang yang berjihad di jalan Allah. Beliau
berangan-angan, kalau saja kedua telapak kakinya tersentuh debu jihad di jalan
Allah, tentunya beliau akan tenang meninggalkan dunia fana ini dengan selamat
dari azab Allah...
Namun demikian, beliau masih menyesali
dirinya tatkala menjelang wafat, karena belum terbuka kesempatan bagi beliau
untuk berjihad fi sabilillah yang beliau isyaratkan dengan istilah “debu jihad
di jalan Allah.” Pada masa itu, memang keadaan sangat tenang, aman dan damai
gemah ripah loh jinawi kerto tentrem raharjo. Sehingga beliau disibukkan dengan
dakwah, amal shaleh dan berkhidmat untuk umat. Sesuai dengan profesinya sebagai
pedagang, beliau senantiasa berdagang dengan sangat jujur dan mengharapkan
pahala serta ridha Allah dalam perdagangannya. Di samping kesibukan bisnis,
beliau juga disibukkan oleh ilmu agama dan periwayatan hadits. Pendek kata,
seluruh waktu beliau manfaatkan untuk taat beribadah menggapai ridha Ilahi.
Akan tetapi, beliau memiliki perasaan yang
sangat peka terhadap kebaikan dan jaminan Rasulullah yang begitu tinggi,
sehingga beliau paham betul bahwa jihad di jalan Allah adalah “dzirwatu sanamil
Islam”, puncak ketinggian Islam.
Beliau berangan-angan, kalau saja kedua
telapak kakinya tersentuh debu jihad di jalan Allah, tentunya beliau akan
tenang meninggalkan dunia fana ini dengan rasa aman dan yakin akan selamat dari
azab Allah, selagi dibarengi dengan niat yang ikhlas, jauh dari ujub, riya dan
sum’ah.
Itulah amalan shaleh berupa debu jihad
yang menyentuh kedua telapak kaki, karena pahala jihad fisabilillah didapatkan.
“Dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya” (Al Hajj 77-78).
Maka perbuatan baik disetarakan dengan
jihad, keduanya membutuhkan orang-orang yang sangup menjadikan kedua telapak
kakinya berdebu di jalan Allah, dan dengannya ia akan aman dari azab.
kitab Haakadzaa tahaddatsas-Salaf
(Potret Kehidupan Para Salaf), karya Dr. Musthafa Abdul Wahid.
0 komentar:
Posting Komentar