Home » , » Yang Tersisa

Yang Tersisa

Written By Dede safin on Jumat, 08 Februari 2013 | 00:37


Seperti datangnya mentari di pagi hari yang memberikan harapan baru bagi setiap insan, begitulah aku berharap dia datang membawa sinar kepastian. Berharap kedatangannya seperti kesejukan embun yang membasahi dedaunan, meneduhkan hatiku yang telah lama gersang dalam penantian. Aku ingin bercerita banyak seperti riangnya burung-burung yang berkicau di awal hari. Ternyata  kudilambung angan-angan, semua hanya bermain-main dalam impian. Harusnya hadirnya seperti mereka menyambut hari, penuh kebahagian.



Aku terlanjur bahagia mendengar kabar datangnya, sehingga aku lupa bahwa tidak semua kedatangan akan membawa kebahagiaan. Penuh harap dalam do’a bahwa asa akan menjadi nyata. Ternyata hampa! Bukankah hampa berarti kosong dan kosong berarti tiada?
Ya! Saat asa melambung menyentuh atap pengharapan, maka ketika ia tidak berhasil menyentuh ruang kenyataan seperti terjatuh ke dalam jurang yang penuh kerikil yang melukai. Berlebihan nampaknya, tapi itulah adanya.  



Aku menari-nari bersama rasa bahagia, tak tersadar kemudian langkahku terseok pada kecewa. Apakah aku harus menyalahkan? Tidak, aku hanya mencoba menerima seperti biasanya. Apakah aku marah? Ya, aku marah pada diriku yang terlalu bodoh menyerahkan diri pada asa yang tiada pasti. Tapi kini aku telah “memaafkan”.

Berdamai dengan keadaan, meski menyisakan luka trauma yang mendalam. Tapi aku yakin waktu akan menyembuhkannya, entah esok atau lusa…biarkan waktu pergilirkan segalanya. Berpegang pada Sang Penggenggam jiwa, kuharap luka akan menjadi bahagia.


Lutfah
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar